Tiap anak mulai demam tinggi yang ada dipikiran saya hanya takut kena Step (kejang-kejang), DBD atau tumbuh gigi. Mungkin kalau demamnya karena tumbuh gigi tidak terlalu bikin degdegan sih yah, cuma rewelnya aja memang jauh lebih luar biasa.
Saya hanya takut demam tinggi itu bisa bikin kejang-kejang, Apalagi kalau sampai kena DBD. Kita harus siap bawa anak untuk rawat inap di rumah sakit. Kedua hal tersebut yang sangat kami hindari. Maka dari itu, saat check suhu anak di atas 39 derajat. Kami pasti langsung bawa anak kami ke dokter untuk ditangani dengan yang ahlinya.
Walaupun ada beberapa ibu yang menyarankan untuk tidak panik saat demam. Mungkin mereka bisa seperti itu karena mentalnya kuat. Kalau kami bisa dibilang trauma karena pernah menyaksikan sendiri keponakan kejang-kejang saat demamnya tinggi.
Kondisi tiap anak berbeda-beda, seperti contoh keponakan kami pernah demam dengan suhu 38 derajat, tidak lama kemudian langsung kejang-kejang. Sedangkan anak kami saat suhunya di 39 derajat tidak mengalami hal yang serupa. Tapi kami tidak mau menunggu sampai kejadian tersebut terjadi di anak kami. Makanya kalau sudah mencapai di angka 39, kami pasti langsung bawa ke rumah sakit.
Ada pula teman saya yang mengalami anaknya demam sampai 40 derajat tapi kondisinya masih baik-baik saja. Makanya kami tidak mau memukul rata semua anak bisa seperti itu. jadi kami tidak mau ambil resiko untuk anak kami sendiri.
Hal terpenting kami sudah berusaha memberikan obat penurun panas tiap 4 jam sekali dan cek suhu tiap 1 jam sekali. Jika panasnya mulai turun, kami gak akan bawa langsung ke dokter. Tapi kalau masih terus naik, barulah kami bawa ke rumah sakit.
Jumat, 26 Nov 2021 Kondisi anak kami memang sudah rewel dari semalam. kami sudah merasakan kondisi anak kami mulai sumeng. Tapi saat cek suhu masih di angka 37,7 derajat. Bisa dibilang masih tahap normal lah walaupun agak sumeng.
Tepat pukul 03.00 dini hari anak kami menjerit kesakitan dan menangis hingga sejam lamanya. Disanalah saat kami cek kondisi anak kami sudah mulai hangat tubuhnya. Setelah di cek sudah di angka 38,6 derajat.
langkah awal yang kami lakukan berusaha untuk menenangkan anak terlebih dahulu. Setelah itu, beri ia minum air putih dan kasih obat penurun panas. Biasanya kalau sudah minum obat, kondisinya jauh lebih tenang dan bisa tidur lagi. Walaupun saat tidur maunya harus dipeluk.
Lebih baiknya lagi menggunakan metode skin to skin biar kondisi anak jauh lebih tenang dan tidurnya pun semakin pules.
Saat pagi hari, biasanya di jam 7 pagi saya selalu memberikan sarapan untuk anakku. Sayangnya tiap makanan yang saya tawarkan tidak ada yang diterima dengan baik. Bahkan susu botol pun yang biasanya sekali teguk bisa mencapai 160ml. Ini pun ditolaknya mentah-mentah. Sempat bingung kenapa semua yang kami tawarkan tidak ada yang diterima.
Akhirnya saya biarkan dulu sampai akhirnya saya tawarkan biskuit regal. Barulah anak ini menerima cemilan tersebut. Alhamdulillah habis 2 keping biskuit. Jadi saya bisa memberikan obat penurun panas kembali. Yah walaupun telat tidak sampai 4 jam sekali. Setidaknya sudah ada makanan yang masuk dan baru diberikan obat kembali.
Setelah meminum obat, anak kami pun tertidur pulas. Sempat kaget karena beberapa kali anak kami mengigau sembari kagetan dan menangis sangat kencang. Begitu aja terus tanpa ada perubahan. Saya pun mulai cek suhu kembali.
Tepat pukul 10.10 AM Saya kaget sekali melihat thermometer sudah di angka 40.2 derajat. Saya pun langsung buru-buru packing perlengkapan anak kami yang dibutuhkan saat menunggu di rumah sakit. Setelah itu, barulah kami pergi ke rumah sakit.
Sayangnya pelayanan rumah sakit tidak terlalu baik. Saya harus marah-marah dulu dengan receptionnya karena tidak ada etikat gerak cepat saat menerima pasien. Saya harus marah-marah dulu sembari bilang
"Anak saya demamnya sudah sampai 40 derajat yah, kalau anak saya sampai kejang kamu mau tanggung jawab gak?"
Barulah saya dilayani dengan reception yang sedari tadi sibuk dengan telponnya. Sungguh pelayanan yang sangat buruk. Setelah saya sampai di IGD, perilaku yang sama terulang kembali.
"Mba anak saya demamnya sudah sampai 40 derajat. Tolong di cek boleh?"
"Yah bu kamar di IGD kami lagi penuh nih"
"Mba saya gak minta kamar di IGD yah. Saya cuma minta cek kondisi anak saya karena demamnya sudah sampai 40 derajat. Emang kalian gak paham yah cara pertolongan pertama!!!!"
Dari situlah mereka baru mau handle anak kami. Masa sih harus dibentak-bentak dulu baru kondisi anak saya ditangani. Gak akan lagi deh saya ke rumah sakit itu. Mahal doang tapi pelayanan sangat buruk.
Setelah di cek kondisi, anak kami masih tetap sama suhunya. Akhirnya dokterpun memberikan obat ke dalam dubur anak kami, karena tidak memungkinkan untuk anak kami diinfus dengan kondisinya yang sedang mengamuk karena di cek suhu tubuhnya.
Kami disuruh menunggu selama 20 menit, jika kondisi anak kami tidak ada perubahan. Kami harus siap untuk rawat inap hari itu juga. Alhamdulillah demam anak kami turun menjadi 37.9 derajat.
Dokter pun memberikan saran untuk tetap dipantau suhu tubuhnya, tetap berikan obat penurun panas tiap 4 jam sekali. Jika dalam 2 hari ke depan masih belum ada perubahan atau masih tetap demam. Anak kami harus cek darah rutin, agar kelihatan apakah anak kami kena DBD atau tidak.
***
Berhubung saya tidak percaya dengan dokter tersebut. Akhirnya saya pun konsul ke dokter langganan anak kami. Btw lokasi rumah sakit anak kami agak jauh ya, jadi saat demam tinggi kami lebih memilih untuk ke rumah sakit terdekat terlebih dahulu.
Dokter anak kami pun bilang hal yang sama, akhirnya setelah 2 hari kemudian kondisi anak kami memang tidak sepenuhnya sehat walaupun sudah mulai lincah ya. Suhu anak kami di angka 37.7 derajat, jadi masih agak sumeng.
Minggu, 28 Nov 2021 kami bergegas ke RSIA Bina Medika. Sayangnya dokter langganan anak kami memang pada hari minggu tidak praktek. tapi kami disarankan untuk ke dokter Donny. Kondisi anak kami saat pagi hari di 36.6 derajat. Jadi tidak perlu di antigen.
Pak dokter pun benar-benar memeriksa bagian mulut, dada dan perut. Setelah di cek ternyata pada bagian mulut anak kami terdapat 5 sariawan yang bertengger dan juga ada radang pada tenggorokan anak kami. Ditambah lagi banyak bakteri yang bermunculan di mulut anak kami.
Ternyata penyebab adanya bakteri bisa jadi karena botol susu yang tidak bersih atau alat botol yang digunakan sebagai media membersihkan botol kami yang kurang higienis. Itulah kenapa bisa berakhir jadi demam tinggi.
Akhirnya dokter pun memberikan beberapa obat untuk anak kami seperti Candistin dan Sporetik dengan tambahan food supplement seperti imunped drops.
Kedua obat yang diberikan tidak bisa bertahan lama. Seperti Candistin yang harus diminum sebanyak 4 kali sehari dengan takaran 1ml hanya dikonsumsi selama 3 hari saja. Habis tidak habis, obat tersebut harus dibuang.
Sedangkan Sporetik diminum sebanyak 2 kali sehari wajib setelah makan dngan takaran 1.5 ml selama 5 hari. Habis tidak habis obatnya pun harus dibuang.
Sedangkan imunped bisa terus dikonsumsi karena memang hanya food supplement saja. Agar anak kami bisa tambah nafsu makannya.
Oiyah terakhir karena kami takut masih sumeng tiap malam. Kami tetap melakukan cek darah untuk anak kami, agar ketawan terkena DBD atau tidak. Ternyata hasil Dengue nya negatif. Kami pun merasa lega kalau besok harus meninggalkan anak kami untuk bekerja.
Biaya yang kami keluarkan untuk pengobatan anak kami sebesar Rp. 1.339.372 sebagai berikut :
- konsultasi Dokter Rp. 350.000
- Administrasi 75.000
- Laboratorium Anti Dengue NS1 Rp. 480.000
- Laboratorium darah Lengkap Rp.176.000
- Candistin Drop 12 ml Rp. 55.940
- Imunped Drop Rp. 73.419
- Sporetik Dry Syrup 30 ml Rp. 129.013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam