Yah candi marathon ini kami lakukan saat sedang honeymoon selama 4 hari 3 malam di Jogja. Kami menghabiskan waktu di Jogja tak hanya ke candi saja melainkan bermain ke tepi pantai yang berada di Kawasan Gunung Kidul.
Kalau ditanya ini ide siapa, Sudah pastinya ide saya. Suami saya sih hanya terima beres saja dan nyetir mobil selama pencarian candi di mulai. Maklum saya belum bisa nyetir mobil jadi gak bisa gantian deh.
Wisata candi ini sangat menarik perhatian saya karena ada banyak kisah magic yang terjadi dahulu kala. Tak hanya saya saja yang sangat menyukai candi. Bapak saya pun sangat menyukainya tapi tidak dengan Ratu Boko yah. Hahahaha...
Menurut bapak saya Ratu Boko kaya lapangan bola. Salahnya saya saat berkunjung kesana tidak sewa guide karena sudah terlalu sore jadi sudah tidak ada guide lagi. Jadilah baru sepuluh menit disana sudah minta balik ke hotel.
***
Saat pulang dari Candi Ijo, kami sempat mampir di Tebing Breksi terlebih dahulu karena suami saya harus mengejar jumatan pada tanggal 2 Aug 2019. Kami sempat makan siang juga disana.
Setelah kelar makan siang, kami sempat bingung akan menuju ke wisata mana lagi karena memang semua destinasi wisata kami cari secara mendadak. Akhirnya dari penemuan di GPS ternyata ada Candi Barong yang dimana Candi ini jaraknya sangat dekat dari Tebing Breksi.
Kami mulai melakukan perjalanan yang terus menurun hingga akhirnya ada plang yang bertuliskan Candi Barong di sebelah kanan. Kami menyusuri jalan yang agak rusak, Bebatuan kerikil hingga jalanan yang tak beraspal pun kami lewati.
Akhirnya ada satu titik yang dimana mobil kami harus menurun dengan turunan yang sangat curam. Sempat terhenti sebentar dan akhirnya kami pun disapa oleh polisi yang sedang berpatroli.
"Siang mas mau kemana toh?"
"Kami mau ke Candi Barong pak. kok curam banget ya jalananya"
"oohhh jalanannya ancur banget mas. Kalau mau kesini harus bawa motor"
Akhirnya kami pun mengurungkan niat untuk menuju ke Candi Barong dan melanjutkan perjalanan dan ternyata dari Google ada Candi yang bernama Candi Sambisari.
Candi Sambisari |
LOKASI CANDI SAMBISARI
Perjalanan menuju Candi Sambisari kami mengalami sedikit kendala, Saat perjalanan menggunakan GPS kami selalu di arahkan menuju jalan sempit yang dimana jalanan tersebut tidak dapat dilalui oleh dua mobil dari arah berlawanan.
Sehingga saat kami sedang melaju lalu di arah lawan kami ada mobil. Hendaklah berhenti sejenak agar salah satu mobil dapat berjalan melewati mobil kami. Ini pun kondisional yah, mobil manakah yang seharusnya berhenti terlebih dahulu.
Memang jalan sempit ini lah yang menjadi kendala kami saat dalam perjalanan menuju Candi Sambisari. Tapi saat akan mendekati Candi Sambisari, kontur jalannya sudah beraspal dan kami sempat bingung saat mencari parkir mobil.
Kawasan ini tak terlihat seperti destinasi wisata karena Candi Sambisari terletak di dekat permukiman warga. Mobil kami pun melaju sangat pelan karena mencari parkiran mobil, hingga akhirnya ada tukang parkir yang memberikan aba-aba dengan mengayunkan tangannya.
Kami pun mendekati tukang parkir tersebut dan sudah ada beberapa mobil yang telah terparkir disana. Saat akan menuju Candi Sambisari kami melewati Soto Bathok Mbah Katro. Sayangnya kami baru saja makan siang, jadilah kami tidak mampir kesana.
Buat kalian yang akan ke Candi Sambisari sepertinya wajib deh mengunjungi Soto Bathok Mbah Katro ini. Karena saat siang hari saja, tempat itu sudah dipenuhi oleh pengunjung. Sempat menyesal juga sih, kenapa kami tidak kesana saja. Cukup pesan satu porsi saja untuk berdua. Akibat kekenyangan jadi gak kepikiran untuk mampir. Huh!!!
Candi Sambisari ini terletak di Desa Sambisari, Kelurahan Purwomartami, Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kedatangan kami kesana agak sedikit mengganjal karena kawasannya begitu sepi. Sempat kami pun berpikir apa salah jalan yah.
Jarak dari parkir mobil menuju ke Candi Sambisari masih 500 meter. Kami melewati jalan gang sempit dan hanya motor saja yang dapat melewati jalan tersebut. Dari dua kelokan kami pun masih belum menemukan Candi Sambisari.
Sampai akhirnya suami saya pun melihat pagar besi yang tertutup rimbunya pepohonan dan barulah terlihat samar-samar ada Candi Sambisari. Kami segera bergegas menuju Candi tersebut.
Ternyata oh ternyata setelah keluar dari jalan sempit tersebut adapula jalan besar yang dimana ada beberapa bus yang telah terparkir disana. Bahkan ada pula banyak motor yang juga berjajar rapi di parkiran depan rumah warga.
Hmmmm...Entahlah kami salah jalan atau memang ada jalan lain. Karena memang dari tempat terparkirnya bis tersebut bisa langsung di depan pintu masuk Candi Sambisari. Pantas saja kami harus berjalan kaki terlebih dahulu karena kami berada di Belakang Candi Sambisari. Hmmm..
SEJARAH SINGKAT CANDI SAMBISARI
Candi Sambisari ini awalnya ditemukan secara tidak sengaja oleh petani yang bernama Bapak Karyowinangun pada tahun 1966. Saat beliau sedang mencangkul tanah, tak sengaja cangkul miliknya membentur sebuah batu.
Ternyata batu itu merupakan bekas reruntuhan candi. Pak Karyowinangun akhirnya memberitahukan kepada warga dan akhirnya sampai terdengar hingga Kantor Arkeologi di Prambanan dan area sekitar diamankan.
Setelah kabar berita tersebut terdengar oleh kantor arkeologi lalu dilakukannya penggalian, peninjauan dan penelitian di tempat temuan pada bulan maret 1987.
Setelah ditemukannya batu candi di dalam tanah. Maka diputuskan untuk mengadakan penggalian (ekskavasi). Tujuannya mengadakan ekskavasi adalah untuk melakukan pra pemugaran dan pengelompokkan batu yang jenisnya sama.
Candi Sambisari terkubur beberapa puluhan tahun di bawah tanah akibat tertimbun lahar dari letusan gunung merapi karena timbunan tersebut mengandung abu vulkanik, karena posisi Candi Sambisari ditemukan lebih rendah dari rumah warga maka Candi Sambisari dikenal dengan sebutan Candi bawah Tanah atau Candi Pendem.
Candi Sambisari di lengkapi dengan Candi Utama dan tiga Candi Perwara (Candi Pendamping). Candi Utama menghadap ke arah barat dengan kondisi yang dimana candi tersebut terlihat masih utuh. Namun sayangnya. ketiga Candi Perwara terlihat tidak utuh dan hanya batur saja yang tersisa.
Berdasarkan dari arsitektur dan bentuk ornamen, Candi Sambisari memiliki kemiripan dengan Candi Prambanan yang berlatar belakang keagamaan bersifat Siwaistis. Terdapat patung-patung dewa Hindu dan Lingga-Yoni di dalam Candi Induk.
Ternyata batu itu merupakan bekas reruntuhan candi. Pak Karyowinangun akhirnya memberitahukan kepada warga dan akhirnya sampai terdengar hingga Kantor Arkeologi di Prambanan dan area sekitar diamankan.
Setelah kabar berita tersebut terdengar oleh kantor arkeologi lalu dilakukannya penggalian, peninjauan dan penelitian di tempat temuan pada bulan maret 1987.
Setelah ditemukannya batu candi di dalam tanah. Maka diputuskan untuk mengadakan penggalian (ekskavasi). Tujuannya mengadakan ekskavasi adalah untuk melakukan pra pemugaran dan pengelompokkan batu yang jenisnya sama.
Candi Sambisari di lengkapi dengan Candi Utama dan tiga Candi Perwara (Candi Pendamping). Candi Utama menghadap ke arah barat dengan kondisi yang dimana candi tersebut terlihat masih utuh. Namun sayangnya. ketiga Candi Perwara terlihat tidak utuh dan hanya batur saja yang tersisa.
Candi Utama yang masih utuh |
Candi Perwara yang tersisa hanya batur saja |
Berdasarkan dari arsitektur dan bentuk ornamen, Candi Sambisari memiliki kemiripan dengan Candi Prambanan yang berlatar belakang keagamaan bersifat Siwaistis. Terdapat patung-patung dewa Hindu dan Lingga-Yoni di dalam Candi Induk.
Lingga adalah salah satu perwujudan dari Dewa Siwa, Yoni adalah perwujudan dari sakti (Istri Siwa). Selain itu, terdapat Patung Durga Mahisasuramardhini (Utara), Ganesa (Timur), Agastya (Selatan) serta Mahakala dan Nandiswara sebagai penjaga pintu.
TIKET MASUK
Saat memasuki kawasan Candi Sambisari, pada bagian loket akan dikenakan biaya sebesar Rp. 5.000 dan untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp. 10.000. Tertulis peraturan di loket bahwa adanya larangan bagi pengunjung untuk mewawancarai penjaga di sekitar candi.
Kemungkinan agar tidak terjadi kesalahan informasi sehingga ada larangan untuk bertanya kepada penjaga Candi Sambisari.
Memang di dalam kawasan Candi ada petugas yang sedang membersihkan bebatuan yang telah tersusun rapi lengkap dengan kode seperti B219, B733 dan seterusnya.
Entah penomoran itu digunakan untuk mengkategorikan tiap batu yang akan disusun atau memang karena bentuk batunya yang sama. Saya tidak dapat memastikan karena adanya peraturan untuk tidak bertanya kepada petugas di dalam Candi Sambisari.
Tapi bagi kalian yang penasaran ingin tahu sejarah terdahulu tentang Candi Sambisari. Kalian bisa tanyakan kepada petugas loket untuk menyewa guide selama berkeliling Candi.
Pada bagian atap Candi Perwara masih belum ditemukan bagian atapnya. Jadi masih dalam tahap pemugaran. Bagi pengunjung yang datang ke Candi Sambisari jangan sampai kalian menaiki Candi Perwara karena masih dalam tahap penyusunan bebatuan yang telah runtuh.
Setelah melihat susunan batu yang telah berjajar rapi. Kami pun menuruni puluhan anak tangga yang terbilang agak curam karena tiap anak tangga dibuatnya agak tinggi disetiap pijakan dan juga ada beberapa anak tangga yang telah rapuh.
Jadi saat membawa anak ke Candi Sambisari harap berhati-hati agar tidak terjatuh karena kesandung akibat menuruni anak tangga.
Lokasi Candi Sambisari ini terbilang memiliki perubahan pada bagian rumputnya. Kedatangan kami saat musim kemarau sehingga warna rumput yang seharusnya hijau berubah menjadi kecoklatan. Buat teman-teman yang ingin melihat hijaunya Candi Sambisari, Datanglah saat musim hujan.
Apalagi bagi yang memiliki alergi debu, jangan lupa bawa masker karena saat berada di dalam area Candi Sambisari. Pasir di depan Candi Utama akan berterbangan saat angin berhembus.
Berhubung Candi Sambisari memiliki kawasan yang tidak terlalu luas. Kami pun tak terlalu lama menghabiskan waktu di candi ini. Ada beberapa pengunjung yang sedang bersantai di gazebo dekat bebatuan yang terjajar rapi tepat di bawah pohon.
Sayangnya gazebo tersebut hanya tersedia satu saja. Jadilah kami tak kebagian tempat untuk dapat menikmati Candi Sambisari dari atas.
Sekian sudah perjalanan kami di Candi Sambisari. Jangan lupa bawa masker yah biar gak kemasukan debu.
Berhubung Candi Sambisari memiliki kawasan yang tidak terlalu luas. Kami pun tak terlalu lama menghabiskan waktu di candi ini. Ada beberapa pengunjung yang sedang bersantai di gazebo dekat bebatuan yang terjajar rapi tepat di bawah pohon.
Sayangnya gazebo tersebut hanya tersedia satu saja. Jadilah kami tak kebagian tempat untuk dapat menikmati Candi Sambisari dari atas.
Sekian sudah perjalanan kami di Candi Sambisari. Jangan lupa bawa masker yah biar gak kemasukan debu.
Cheers,
20 Sep 2019
DISCLAIMER :
Tulisan ini murni dari pengalaman pribadi. Seluruh biaya yang dikeluarkan pun dari uang kami sendiri. Tidak ada paid promote, collaboration ataupun Sponsorship.
Tulisan ini murni dari pengalaman pribadi. Seluruh biaya yang dikeluarkan pun dari uang kami sendiri. Tidak ada paid promote, collaboration ataupun Sponsorship.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam