Tapi ternyata Pohuwato tak hanya pantainya saja yang menjadi daya tarik kami, melainkan kami bisa ikut melihat secara langsung proses pembuatan gula semut. Apa itu gula semut? sempat terlintas dipikiran saya dan tak sengaja melontarkan perkataan dengan lantangnya :
"Appaaaaa? Gulanya terbuat dari semut??"
"Bukan Diaaaannnnnn"
Sontak semua yang mendengar perkataan saya pun tak bisa menahan tawa. Well...Sorry!! Keliatan banget kan onengnya (-___-").
Oke kali ini saya akan menjelaskan proses pembuatan gula semut yang didampingi oleh Pak Idrus Kone selaku Petani Kelapa yang mengolah air nira yang berasal dari Pohon Aren menjadi gula semut yang brtempatkan di Desa Soginti, Kecamatan Paguat, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara.
- Pak Idrus mengajak kami semua ke dalam hutan yang disana banyak ditumbuhi Pohon Aren yang menghasilkan air nira. Ketinggian Pohon Aren mencapai 6 meter, Pak Idrus harus memanjat Pohon Aren untuk mendapatkan air nira.
- Setelah mendapatkan air nira, Pak Idrus harus menyimpan air tersebut kedalam tabung bambu yang telah disediakan Pak Idrus. Dalam sehari Pak Idrus dapat mengumpulkan air nira hingga 5 - 7 tabung bambu. Kapasitas tabung untuk air nira masing-masing adalah 5 liter tiap tabungnya.
- Setelah air nira sudah terkumpul, Pak Idrus harus menggeprek kayu Boyuhu untuk pewarna alami gula semut. Kayu boyuhu yang telah di geprek dengan palu akan dikumpulkan menjadi satu lalu diikat secara bersamaan.
- Warna yang dihasilkan oleh kayu boyuhu berwarna agak kemerahan. Sehingga air nira yang bercampur dengan kayu boyuhu menjadi perpaduan warna yang tidak terlalu gelap untuk dijadikan gula semut.
- Kayu boyuhu yang telah digeprek akan dicampur dengan air nira untuk dimasak dengan kayu bakar. Aduk terus hingga mendidih, Saat air nira mendidih sebenarnya air nira ini bisa dijadikan untuk minuman segar yang sangat manis, dinamakan soba. Kalau soba ini difermentasikan bisa menjadi tuak.
- Proses mengaduk air nira yang sudah didalam wajan masih terus dilakukan walaupun sudah mendidih karena memang harus diaduk hingga mengental. Setelah air nira mengental, masukkan kedalam cetakan dari kayu yang sudah dibersihkan dengan air kapur agar memudahkan proses pelepasan gula.
- Proses pembuatan gula semut lebih lama dari pembuatan gula aren. Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi lebih pekat. Angkat wajan dan aduk secara perlahan sampai terjadi pengkristalan. Setelah itu, pengadukan dipercepat hingga menjadi serbuk yang kasar. Serbuk yang kasar inilah yang disebut gula semut.
Selesai sudah pembuatan Gula Aren dan Gula Semut. Semoga bemanfaat buat kita semua.
Tak heran cetakan gula aren atau wajan air nira selalu di gandrungi lebah karena manisnya gula yang membuat lebah tak pernah jauh dari gula-gula tersebut. Jadi sudah pemandangan yang biasa kalau ada lebah yang mati karena mungkin mereka terlena dengan manisnya gula.
Harga gula aren dan gula semut memiliki harga yang sangat jauh sekali. Gula Aren perkilonya Rp. 10.000 sedangkan gula semut perkilonya Rp. 100.000.
Harga yang sangat berbeda jauh karena memang gula semut sering ditemui di hotel atau coffee shop sedangkan gula aren seringkali ditemui oleh pedagang rujak. yakaaannnn? benerkaaannnn? hehhehee...
Harga yang sangat berbeda jauh karena memang gula semut sering ditemui di hotel atau coffee shop sedangkan gula aren seringkali ditemui oleh pedagang rujak. yakaaannnn? benerkaaannnn? hehhehee...
Pak idrus menjual hasil olahan air nira kepada pengepul langganannya. Dalam sehari Pak idrus dapat menghasilkan 30kg gula aren dan gula semut.
Bagaimana? Kalian tertarik doonggg melihat secara langsung pembuatan gula aren dan gula semut. yuuukkk kunjungi Pelatihan kelompok gula semut Desa Soginti, Kecamatan Paguat. Dijamin akan menambah wawasan kalian.
Cheers,
#pohuwatogoesdigital
3 July 2017
Dian Juarsa
Cheers,
#pohuwatogoesdigital
3 July 2017
Dian Juarsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam