Mau nyantai gak harus di pantai, di gunung juga bisa kok #tsaahh
|
Setibanya saya di Hotel, Langsung membereskan barang apa saja yang harus saya bawa ke Gunung Batur. Berbagai persiapan sudah saya rapikan dan siap untuk jalan. Tapi saya masih menunggu kedatangan teman baru yang akan menjemput kami dan menemani kami selama penanjakan ke Gunung Batur 1717 MDPL.
***Yaapp teman baru...Saya belum pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Saya kenal teman asli Bali ini dari Instagram. Jadi awalnya adalah kita memang sudah saling follow instagram. Pada saat saya kebingungan karena rencana Free time saya hanya dihabiskan sendirian di Bali karena saya tidak tertarik untuk ikut bergabung dengan teman lainnya yang berencana akan main di Waterbom Bali, Tanjung Benoa dan Bedugul. Makanya saya memutuskan untuk sewa motor saja dan jalan sendiri karena mba Wina bilangnya gak mau naik motor selama di Bali. Tanpa pikir panjang saya pun langsung menanyakan ke Rojack rute perjalanan dari Petitenget ke Uluwatu Beach. Memang awal mula rencana saya mau ke pantai.***
***Akan tetapi setelah Rojack tau kalau saya mau jalan sendirian selama di Bali, Dia menawarkan diri untuk menemani saya jalan selama di Bali. Sampai akhirnya entah gimana ceritanya Rojack pun bercerita tentang Gunung Batur di Bali, Saya pun langsung ingat kalau sebelumnya ada teman saya yang juga abis main dari Gunung Batur dan dapat view sunrise yang kece banget. Tanpa pikir panjang saya pun tertarik dengan ajakan Rojack. Akhirnya saya kembali menanyakan mba Wina, Dia mau ikut atau tidak. Tapi mba Wina masih saja labil. Yasudahlah saya memutuskan untuk jalan berdua saja dengan Rojack. Tapi akhirnya Rojack bilang kalau temannya ada juga yang mau ikut. Baiklaaahhh kita bertiga siap untuk menanjak ke Gunung Batur. Lucunya H-1 Mba Wina menanyakan kembali apakah saya tetap jadi ke Gunung Batur atau tidak. Setelah dia tau saya mau kemana saja saat Free Time, dia pun akhirnya mau ikut gabung kita. Yeaaaayyyy...Jadi ke Gunung Baturnya berempat deh***
Saturday, 8 Oct 2016
00.15 AM Saya sudah menunggu kedatangan Rojack dan Mament di Cafe bar hotel. Sebenarnya awal janjian sekitaran jam 1 pagi tapi karena mereka mau makan dulu jadi lebih dipercepat perjalanan kami.
Mereka tiba di Hotel, Saya pun bergegas ke atas untuk membangunkan mba Wina dan membawa perlengkapan yang harus dibawa. Setelah itu barulah kami menghampiri mereka. Yap perkenalan kami berlangsung hanya dengan berjabat tangan dan langsung berangkat mencari makan.
Beberapa menit kemudian kami pun berhenti sejenak untuk makan malam. Saya pilih Kare Ayam, Rasanya pun menggunggah selera. Enak sekali makanan malam itu dengan teh hangat Rp. 25.000
Ditempat makan itulah kami mulai akrab dengan obrolan ngalor ngidul yang membuat suasana semakin hangat. Kami menceritakan perjalanan seru satu sama lainnya dan ditambah lagi dengan banyolan yang membuat kami tertawa lepas.
Tak terasa kami sudah menghabiskan waktu sejam disana, Maka dari itu kami harus melanjutkan perjalanan di pagi hari. Suasana malam di Bali sangat sepi tapi ada beberapa jalan disana yang telah ramai dengan pemuda yang sedang nge-track.
Mayoritas memang lelaki yang berada dipinggir jalan tapi tak menutup kemungkinan ada beberapa wanita yang juga ikut nongkrong disana. Yaahhh sama ajalah seperti di Jakarta. Kenakalan remaja memang tidak ada matinya. Mereka tidak akan memikirkan resiko apa yang akan terjadi tapi yang pasti mereka bisa fun dengan caranya sendiri.
Sejam setengah perjalanan, angin mulai menusuk saking dinginnya. Kami pun melipir sebentar ke pinggir jalan untuk mengenakan jaket tambahan dan celana panjang. Tak terasa kami sudah akan sampai di kintamani.
Saat perjalanan diselimuti kabut, turunan curam dan jalanan berlubang sudah menjadi sahabat kami selama diperjalanan. Saya tidak merasa takut sama sekali karena saya percaya dengan kedua teman baru kami kalau mereka pasti sudah sangat hafal dengan medan perjalanan kami saat ini.
Perjalanan pun sangat gelap, Saya harus sesekali menengok kebelakang untuk check motor Mament dan Mba Wina karena mereka selalu tertinggal jauh dengan Rojack. Jujur saja, Saya tidak merasa kalau Rojack bawa motornya ngebut. Tapi ternyata Mament selalu tertinggal sangat jauh oleh kita. Makanya itu, Kita selalu melipir agar bisa berbarengan jalannya.
03.00 AM Ramai pengunjung dengan pakaian lengkap dengan jaket yang tebal, senter banyak yang sudah nyala dan juga bawaan masing-masing yang telah mereka siapkan. Yaasss akhirnya kami telah sampai di kaki Gunung Batur.
Saya dan Mba Wina langsung ke tempat retribusi untuk membayar tiket masuk ke Gunung Batur. Disana wajib pakai guide tapi kalau jalan sama orang yang pernah nanjak ke Gunung Batur ya tidak perlu memakai jasa guide.
Bagi kalian yang akan nanjak ke Gunung Batur untuk biaya retribusi Rp. 10.000/orang. Kalau menggunakan jasa guide harus membayar Rp. 150.000 untuk lokal tapi kalau mancanegara dengan biaya Rp. 400.000. Karena kami berempat jadi hanya bayar Rp. 40.000 saja tanpa biaya Guide.
03.18 AM Kami berempat masih menggunakan motor untuk naik keatas. Karena Mament sudah sering naik turun Gunung Batur kalau disana ada jalur untuk motor dan mobil agar sampai ditengah-tengah Gunung Batur. Naasnya kami dikejar sama penduduk sana ahahahahaa...
Walhasil motor kami parkir disalah satu rumah yang sudah ada beberapa mobil yang terparkir disana. Mament dan Rojack sempat berdebat dengan penduduk sana yang telah cegat kami karena peraturannya sudah tidak boleh menggunakan kendaraan untuk naik keatas. Entahlah mereka ngomong apa karena menggunakan bahasa Bali, Roaming!!!. Jadi saya dan mba wina hanya menyaksikan saja perdebata mereka bertiga.
Akhirnya kami pun jalan bareng dengan lainnya. Karena saya dan Mba Wina hanya pengunjung yang baru saja menapakkan kaki di Gunung Batur. Jadi apapun peraturannya yang pasti akan kami turuti.
Belum juga setengah jam kami berjalan kaki, Mba Wina sudah merasa mulas saja. Hahahahaha...Jadi kami pun cari semak-semak agar mba Wina tenang mengeluarkan apa yang harus dikeluarkan :p
Sambil kita bertiga menunggu, Saya sangat kagum dengan pemandangan dilangit yang telah banyak sekali bintang bertaburan dan kelap kelip. Yap suasana seperti inilah yang saya rindukan. Saya suka sekali melihat bintang dimalam hari dan malam ini saya bisa menyaksikan secara langsung keindahan bintang yang berkelap kelip.
Penanjakan pun kembali dilanjutkan dengan medan perjalanan yang masih datar dan berpasir tapi tidak berbatu. Saya suka dengan awal penanjakan karena terbilang sangat santai dan dapat dilalui walaupun kalian memakai sendal jepit. Tapi ingat, Dimana pun Gunung yang harus kamu lalui. Tetap berjaga-jaga dengan menggunakan sepatu yang memang layak dipakai selama di Gunung.
Jalan setapak yang kami lalui begitu sesak dengan pendaki yang mayoritas bule semua. Nah warga lokalnya hanya segelintir saja. Kalau pun kami bertemu dengan orang lokal, Sudah pastinya mereka adalah guide di Gunung Batur. Miris saya karena berasa bukan di negara sendiri.
***
Beberapa kali saya selalu berhenti karena napas yang sudah tersenggal-senggal akibat kelelahan. Air minum sudah ditangan kanan berusaha untuk membasahi tenggorokan yang sudah mengering. Duduk sejenak untuk melepas lelah karena tanjakan. Semilir angin begitu syahdunya membuat saya terlena untuk bisa tertidur sebentar. Baru saja mata akan terpejam, Rojack langsung mengajak saya untuk melanjutkan perjalanan kembali #sigh
Rasanya pengen jorokin si Rojack aja deh ahahhaa...lagi pewe a.k.a Posisi Wenaaaakk. Eeehh dia malah rese ngajakin jalan lagi. Huwwaaaaaa buyaaarrr sudah istirahat sejenaknya. Memang ada baiknya juga sih kalo Rojack ngajak saya untuk melanjutkan perjalanan agar tidak tertinggal sunrisenya. Tapi tetep aja kesyeeellll hehehe...
Melanjutkan perjalanan dengan mata setengah terbuka tapi tetap berusaha untuk membuka lebar kedua mata saya. Mament tidak ikut dengan kami, Dia benar-benar ngantuk berat dan kita harus tetap melanjutkan perjalanan. Rojack pun tak masalah untuk meninggalkan Mament sendirian karena dia sudah terbiasa naik turun Gunung Batur.
***
Memang weekend itu selalu banyak pengunjung yang berdatangan dari berbagai negara. Sehingga kami pun mengalami antrian yang panjang untuk menanjak hingga puncak. Gak asik sih karena untuk nanjak saja harus bergantian dan kesulitannya adalah saat beristirahat. Space untuk berhenti sejenak sangat sedikit sekali. Jadi tidak bisa terlalu lama untuk istirahat.
Setiap kaki sudah gak kuat dengan tanjakan yang tinggi disertai dengan bebatuan besar yang mengharuskan saya seperti rock climbing, membuat kaki terasa semakin gemetaran bukan karena dingin melainkan otot saya kaget dipaksa untuk terus menanjak dengan tanjakan yang curam. Entah harus berapa tanjakan lagi yang harus saya lalui.
Kembali saya pun beristirahat dan ternyata Mament sudah sampai ditempat yang akan saya tuju untuk beristirahat. kaget juga kenapa tu bocah udah nongol aja diatas. Sedangkan saya harus bersusah payah untuk nanjak. Emang dasar anak gunung, nanjak aja cepet banget. Saya dan Mament pun duduk didekat gundukan tanah yang berbatu. Kagetnya saya hampir saja tertimpa batu yang berjatuhan. Untung Rojack cepat memberitahu saya kalau ada batu. Coba kalau sampe saya gak tau, udah bocor kali tuh kepala.
Perjalanan terasa lama sekali karena badan kok kayanya payah banget. Kebanyakan istirahatnya, belum lagi saya selalu tertinggal dengan Mba Wina dan juga Mament. Kalau Rojack selalu ada dibelakang saya karena saya sudah bilang dari awal untuk jagain saya selama nanjak di Gunung Batur. Hahahahaa macam jompo aja nih cepat lelaaahh -___-" *Thank you Rojack*
Akhirnya ada tanda-tanda kebahagiaan yang akan muncul. Tsaaaahhhh lebay banget bahasanya ahhahaa...Ternyata sebentar lagi saya sampai puncak. Langit agak orange pun terlihat samar-samar. Saya semakin bersemangat untuk naik keatas.
Yeeeesssss sampai juga di puncak 1 hahahahaa....Rojack makin semangat karena akan mengajak kami ke puncak paling atas. Tapi saya dan Mba Wina menolak keras ajakan Rojack. Kami gak sanggup untuk lanjut naik lagi keatas. Kaki saya saja masih gemetar, Jaket mba Wina juga sudah banjir dengan keringat. Wajah kami pucat pasi karena kelelahan. Akhirnya Mament cari tempat agar kami leluasa untuk menyaksikan sunrise.
Beristirahat sembari menunggu kedatangan si cantik sunrise yang berwarna orange, Tapi mereka tidak memunculkan keindahannya. Awan begitu tebal menyelimuti Gunung Abang yang tepat berada di depan mata kami. Gumpalan awan itu seakan menutupi keindahan sunrise yang seharusnya muncul sedari tadi.
Kami sedang tidak beruntung karena pagi itu berawan dan agak mendung. But its oke...Setidaknya perjalanan ke Gunung Batur menjadi pengalaman kami selama di Bali. Kami juga bisa menyaksikan keindahan Danau Kintamani dari ketinggian.
Pukul 05.35 AM
|
Pukul 05.45 AM
|
Mereka sedang istirahat menunggu kedatangan sunrise
|
Baru sampai Puncak 1 langsung cari angin buat Lazy bag
|
Tak apalah gak ada sunrise yang penting kita senang bisa menghirup udara segar
|
Muka ngantuk banget ini
|
Gunung Abang yang diselimuti kabut menjadi pemandangan kita selama di Puncak 1 |
Lihat bentuk awannya, Drama banget ya |
Selalu ada keindahan lain selain sunrise
|
Partner jalan banget nih. Bisa diajak ke gunung atau pantai
|
Awannya kaya bentuk tornado kecil
|
Kami pindah spot karena diatas sana ada goa yang dibilang goa suci. Disana pun juga ada semacam goa kecil yang mengeluarkan asap belerang tapi pas saya kesana tidak bau belerang sama sekali malahan cenderung hangat dan saya suka berlama-lama disana. Akan tetapi, saya tidak boleh terlalu lama didepan lorong itu karena berbahaya untuk pernapasan
Saung yang terlihat itu awal dari puncaknya Gunung Batur. Tempat itulah pertama kali saya bisa beristirahat
|
Disana ada lerengnya juga
|
TERIMA KASIH untuk menjaga kebersihan Gunung Batur
|
Khas Bali selalu ada tempat ibadahnya |
Hari ini memang sedang berawan
|
Monyet ini menyangka kami akan mengambil anaknya. Tidak ibu monyet, Kita cuma mau mengabadikan kalian aja kok
|
Monyet yang satu ini sibuk mencari makanan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam